Tuesday, September 9, 2008

HIKAYAT BATU DAN POHON ARA


Alkisah pada suatu waktu di sebuah negeri di timur tengah terdapat seorang saudagar yang sangat kaya raya tengah mengadakan perjalanan bersama kafilahnya. Di antara debu dan bebatuan, derik kereta diselang-selii dengus kuda terdengar bergantian. Sesekali terdengar lecutan cambuk berdecis di udara.

Di tengah rombongan itu ada seorang lelaki berjanggut, berkain panjang dan bersarban ditemani seorang buidak lelaki berusia belasan tahun dengan berpakaian indah menawan. Dialah Saudagar bersama anak anak buahnya. Mereka duduk pada sebuah kereta yang mewah berhiaskan kayu gofir dan permata yaspis. Semerbak harum bau mur tersebar dimana-mana. Sungguh kereta yang mahal.dengan deretan barang, orang dan haiwan semuanya berjalan dengan perlahan,

Dalam kawalan ketat para pengawal rombongan itu bergerak terus hingga pada suatu ketika mereka berada di sebuah tanah lapang berpasir. Batu-batu kelihatan diletakkan teratur di beberapa tempat. Situasi ini menarik buat budak lelaki itu sehingga ia merasa perlu untuk bertanya pada ayahnya.

“Ayah, mengapa terlihat oleh ku batu-batu dengan teratur bertebaran di sekitar daerah ini. Apakah maksud semua itu ?”.
“Pengamatan mu cukup baik, anak ku”, jawab Ayahnya,
“ bagi orang biasa-biasa itu hanyalah batu, tetapi bagi mereka yang memiliki hikmat, semua itu akan kelihatanya berbeza sama sekali”. Kata ayahnya lagi.
“Apakah yang dilihat oleh kaum cerdik cendikiawan itu, ayah ?”, tanya anaknya kembali.
”Mereka akan melihat semua itu sebagai mutiara hikmat yang tersebar, memang hikmat berseru-seru dipinggir jalan, mengundang orang untuk singgah, tetapi sedikit dari kita yang menolakpelawaan itu.”.
”Apakah ayah akan menjelaskan perkara itu pada ku?” soal budak itu lagi
”Tentu buah hatiku”, sahut Saudagar tersebut sambil mengelus kepala anaknya.
“Dahulu, ketika aku masih remaja, hal ini pun menjadi pertanyaan di hati ku. Dan atuk mu, menerangkan perkara yang sama, seperti saat ini aku menjelaskan kepadamu.”

Pandanglah batu-batu itu dengan saksama. Di balik batu itu ada sebuah kehidupan. Masing-masing batu yang kelihatan oleh mu sebenarnya sedang menindih sebuah biji pohon ara.”
“Tidakkah benih pohon ara itu akan mati karena tertindih batu sebesar itu ayah ?”
“Tidak anak ku. Sepintas lalu memang batu itu kelihatannya sebagai beban yang akan mematikan benih pohon ara. Tetapi justru batu yang besar itulah yang membuat pohon ara itu sanggup bertahan hidup dan berkembang sebesar yang kau lihat di tepi jalan semalam”.
“Bilakah hal itu terjadi ayah ?”
“Batu yang besar itu sengaja diletakkan oleh penanamnya menindih benih pohon ara. Mereka melakukan itu sehingga benih itu tersembunyi terhadap hembusan angin dan dari mata segala haiwan. Sampai beberapa waktu kemudian benih itu akan berakar, semakin banyak dan semakin kuat. Walau tidak kelihatankehidupan di atas permukaannya, tetapi di bawah, akarnya terus menjalar. Setelah dirasa cukup barulah tunas nya akan muncul perlahan-lahan. Pohon ara itu akan tumbuh semakin besar dan kuat hingga akhirnya akan sanggup menggulingkan batu yang menindihnya. Demikianlah pohon ara itu hidup. Dan hampir di setiap pohon ara akan kau temui, sebuah batu, seolah menjadi peringatan bahawa batu yang pernah menindih benih pohon ara itu tidak akan membinasakannya. Sebaliknya benih itu menjadi pohon besar yang mampu menaungi segala mahluk yang berlindung dari terik matahari yang membakar.”

“Apakah itu semua tentang kehidupan ini ayah ?”, tanya anaknya.
Saudagar tersebut merenungi anaknya sambil tersenyum, kemudian meneruskan penjelasannya.
“Benar anak ku. Jika suatu ketika engkau di dalam masa-masa hidupmu, merasakan terhimpit suatu beban yang sangat berat ingatlah pelajaran tentang batu dan pohon ara itu. Segala kesulitan yang menindihmu, sebenarnya merupakan sebuah kesempatan bagi mu untuk berakar, semakin kuat, bertumbuh dan akhirnya tampil sebagai pemenang. Belum ada hingga ke saat ini benih pohon ara yang tertindih mati oleh batu-batu itu. Jadi jika benih pohon ara yang demikian kecil saja diberikan kekuatan oleh Allahuntuk dapat menyingkirkan batu di atasnya, bagaimana dengan diri kita. Zat Yang Maha Perkasa itu bahkan sudah meniupkan Roh keillahian-Nya pada diri-diri kita. Dan menjadikan kita, manusia ini jauh melebihi segala mahluk dimuka bumi. Perhatikanlah kata-kata ini anak ku. Pahatkan pada loh-loh batu hatimu, sehingga engkau menjadi bijak dan tidak dipermainkan oleh hidup. Kerana memang kita ditakdirkan menjadi tuan atas hidup kita.”

No comments: