Cakerawala waktu mentari pagi
menyingkap tirai sinar segar
membias di jiwa
gemericik air embun di kelopak bungaraya,
seribu kuntuman bunga turut menguntum senyum
berserakan harum merebak dilantai bahagia
seperti riangnya kupu–kupu menyambut hari
setelah ia keluar dari peradu peraknya
Derapan langkah demi langkah mantap
menyonsong mengubah lorong nasib mencipta jalan impian
menyusun detik dan detak keyakinan
dipetak jadual masa sekian lama mengusung harapan
di likuan sukar seringkali menyamar mencabar sabar
hingga camar Jonathan melintasi pagi itupun
berbisik merdu, lihat insan dibalik kaca mu
maka bercermin aku ditepian sungai bernama cinta sunyata
aku lihat aku di balik cermin dalam aku ku.
imaginasi tidak bertepi membawa aku
ke ruang waktu tua mendatang.
Enggan aku terima saat akhir usia nanti
seperti gubuk rapuh tinggal menunggu waktu roboh
biarlah ketuaan ku nanti ketuaan menanam
benih kasih sayang dari penat jerih
yang terbayar dunia akhirat
dengan menata bata demi bata hasrat
sehingga gedung impian berdiri siap.
Aku masih dalam perjalanan
dari puncak ke puncak kejayaan
dengan penuh tumpuan penuh ketabahan
segala impian ku peluk sehabis risiko ku
tapi tak ku biar akar pohon ku merapuh
biar sama membesar seperti pohon ku jua
yang kukuh tak luruh air mata kesal
di hujung makna sebuah kehidupan
Apa yang aku mahu saat akhir hayat ku
Tak lama lagi ranum akan memetik buahnya
Seperti saat kalian pernah memanah ku
suatu hari dulu dengan kilau mentari pagi.
No comments:
Post a Comment